BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perencanaan
Pendidikan
Cunningham, mengatakan bahwa
perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta,
imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan
memvisualisasikan dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang
diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan
digunakan dalam penyelesaian.
Pengertian
perencanaan menurut Nanang Fattah (2013: 49), Perencanaan adalah
proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan
dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan
pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu
yang ditentukan (sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelengaraan sistem pendidikan lebih
efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relefan
dengan kebutuhan pembangunan.
Berdasarkan
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah
perumusan ide-ide yang sistematis dalam menerapkan kegiatan-kegiatan yang akan
dilakukan di masa mendatang di bidang pendidikan agar tujuan dapat tercapai
dengan efektif dan efisien.
B. Metodologi
Pendidikan
Metodologi
adalah ilmu yang membahas tentang metode-metode yang akan digunakan dalam
merencanakan kebijakan di dalam pendidikan. Pada perumusan perencanaan tersebut
dibutuhkan beberapa proses. Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu
“metodos” dan “logos”, kata “metodos” terdiri dari dua suku kata yaitu “metha”
yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, logos artinya
ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara
tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang
dikaji.
Sedangkan
pengertian metodologi perencanaan pendidikan adalah ilmu atau cara yang
digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan pendidikan dengan cara mengkaji
berbagai rumusan yang nantinya akan dipilih salah satu perencanaan yang paling
efektif dan efisien.
C.
Data Dasar Perencanaan
Pendidikan
Data
dasar untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi sangat penting, sebab tanpa adanya data
tidak mungkin akan dapat mengembangkan atau melihat kekurangan yang ada dalam
pendidikan yang kemudian disesuai dengan yang diinginkan. Data dasar yang diperlukan
adalah sebagai berikut:
1. Kependudukan:
Data ini diperlukan untuk menentukan cakupan populasi yang perlu memperoleh
kesempatan pendidikan dalam kaitanya dengan kebutuhan pada sektor pembangunan.
Data ini mencakup tentang struktur penduduk, populasi penduduk, pertumbuhan
penduduk, populasi tingkat sekolah,
dan lain-lain.
2. Data
ekonomi: Data yang diperlukan
kaitannya dalam kemampuan ekonomi pemerintah dalam memperluas kesempatan
pendidikan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya manusia.
3. Kebijakan
nasional yang merupakan keputusan politik: mencakup tujuan nasional dan
keputusan legislatif
yang harus dijadikan pegangan dalam pembangunan pendidikan.
4. Data
kependidikan: mencakup data untuk setiap jenjang pendidikan baik kurikulum,
perpindahan, drop out, fasilitas pendidikan, manajemen dan out put pendidikan.
5. Data
ketenaga kerjaan: mencangkup
jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam setiap sektor pembangunan,
kemampuan pemasaran kerja dalam merespon terhadap lulusan.
6. Nilai sosial dan
budaya: Data yang diperlukan sebagai imbangan terhadap data kuantitatif dalam rangka
pengembangan berbagai program akademik yang di jiwai nilai kemanusiaan yang
luhur.
Pengumpulan
data ini dilakukan dengan kontrol yang ketat sehingga data yang diperoleh
benar-benar berkualitas. Dengan adanya data ini semua kekurangan dan kebutuhan
akan segera diketahui, dengan begitu perencanaan diharapkan sesuai dengan
kebutuhan secara riil.
D. Tahapan
dalam Proses Perencanaan
Perencanaan
adalah kegiatan yang sistematik
squensial, dan karena itu kegiatan dalam proses penyusunan
perencanaan memerlukan tahapan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Banghart (1973), mengembangkan tahap
perencanaan sebagai berikut:
1.
Proloque
: Langkah persiapan untuk memulai suatu kegiatan perencanaan.
2.
Identifikasi maslah
perencanaan pendidikan;
a.
Menentukan ruang lingkup
permasalahan perencanaan.
b.
Mengkaji apa yang telah
dilaksanakan.
c.
Membandikan apa yang telah
dicapai dengan perencaan awal.
d.
Mendata sumber daya yang
tersedia dengan keterbatasannya.
e.
Mengembangkan bagian
prioritas perencanaan.
3.
Mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup
tentang sub-sub permasalahan, pengumpulan data dan proyeksi.
4.
Mengkonsep dan mendesain
perencanaan yang mencakup:
a.
Mengidentifikasi
kecenderungan-kecenderungan yang ada.
b.
Merumuskan tujuan umum
dan tujuan khusus.
c.
Menyusun rencana.
5.
Mengevaluasi rencana yang
telah disusun tersebut, hal-hal yang perlu di nilai adalah:
a.
Simulasi rencana.
b.
Evaluasi rencana.
c.
Memilih rencana.
6.
Menguraikan rencana, yang
mencangkup merumuskan masalah dan menyusun hasil rumusan dalam bentuk rencana
akhir.
7.
Pelaksanaan rencana.
a.
Persiapan rencana
operasional.
b.
Persetujuan dan
pengesahan rencana.
c.
Mengatur organisasi
pelaksanaan.
8.
Plan
feedback
a.
Memantau pelaksanaan
rencana.
b.
Evaluasi pelaksanaan
rencana.
c.
Mengadakan penyesuaian,
perubahan sesuai dengan tujuan.
Cheeswas juga mengungkapkan proses
dan tahapan perencanaan pendidikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan logis,
berikut adalah proses dan tahapan menurut Cheeswas:
1.
Mengkaji kebutuhan di berbagai aspek
perencanaan pembangunan seperti keberhasilan, kelemahan, kekuatan aspirasi
masyarakat, fasilitas, dan lain-lain. Kajian ini penting untuk membandingkan
apa yang telah direncanakan dan apa yang telah dilakukan, yang merupakan
pangkal tolak kegiatan perencanaan.
2.
Perumusan tujuan dan sasaran
perencanaan.
3.
Penentuan dan penggarisan
kebijakan yang diprioritaskan dalam perencanaan pendidikan.
4.
Rumusan program dan proyek
kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.
5.
Penjadwalan, yaitu untuk mengatur
keseluruhan program dan prioritas agar pelaksanaan dapat dilakukan secara
efektif dan efisien.
6.
Monitoring dan kontroling
kegiatan agar terhindar dari tindakan yang dapat menghambat proses pelaksanaan
rencana.
7.
Evaluasi dan revisi
merupakan kegiatan penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.
E. Sistem
Pendidikan Sebagai Dasar Penerapan Metodologi Perencanaan Pendidikan.
Sitem
pendidikan yang berlaku dan sudah melembaga berperan sebagai aset dalam
kegiatan pembangunan pendidikan, melalui system pendidikan perencanaan dilaksanakkan
dan di wujudkan. Penerapan metodologi perencanaan pendidikan merujuk kepada sistem
dan jia tidak maa pelasanaan akan mengalami kesukaran.
Struktur sistem pendidikan nasional
dibagi menjadi 3 jenjang yaitu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA) dan
pendidikan tinggi (Perguruan
Tinggi). Diukur dari segi tahun pada Negara Indonesia menerapkan model 6 tahun
untuk pendidikan dasar, 6 tahun untuk pendidikan menengah dan 4 tahun untuk
perguruan tinggi. Di negara berkembang pada penerapan model pola pendidikan
menggunakan hanya 2 jenjang pendidikan yaitu 12 tahun untuk jenjang pertama (di
Indonesia sama seperti jenjang ke 1 dan 2) dan 4 tahun untuk jenjang ke dua
(sama seperti jenjang ke 3 dengan Indonesia).
Bila sistem perjenjangan ini
dikaitkan dengan struktur kependudukan maka kelompok usia 6-12 tahun untuk
pendidikan dasar, 13-18 tahun untuk pendidikan menenggah dan 19-22 untuk
pendidikan tinggi. Hal tersebut berkaitan pada setiap negara usia populasi yang
memasuki pendidikan bervariasi maupun tetap berkisar pada distribusi tersebut.
F. Analisis
Aspek Kependudukan
dalam Perencanaan Pendidikan
Informasi
dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan adalah tentang data
kependudukan,
karena pada data ini memiliki nilai strategi untuk menentukan siapa yang berhak
memperoleh kesempatan pendidikan dan berapa besaar jumlahnya, penduduk yang
bagaimanakah yang membutuhkan dan dimanakah lokasinya. Informasi tersebut
diperoleh dari sensus penduduk.
1.
Sruktur Penduduk
Pengelompokan
penduduk menurut umur dalam sensus disusun secara interval seperti kelompok
usia 0-4, 5-9, 10-14 dst. Stuktur penduduk ini mempunyai kaitan langsung dengan
usia populasi sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Usia populasi SD misalnya
berada pada interval kelompok umur antara 5-14 tahun.
2.
Stuktur Pendidikan
Penduduk
Data
tersebut dapat dikaji melalui latar belakang pendidikan formal pada penduduk. Contoh
jumlah pendudukan yang telah menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun, 12 tahun,
dan seterusnya. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dengan pasti besar
jumlah penduduk yang dijadikan target untu diberi pendidikan baik secara formal
maupun non-formal.
3.
Sruktur Pendidikan
Angkatan Kerja
Data
ini digunakan untuk mengaitkan kebutuhan tenaga pendidik dan keterampilan pada
pasaran kerja dengan lulusan pendidikan tertentu, untuk kemudian dapat
meningkatkan kualitas angkatan kerja melalui berbagai program pendidikan.
4. Perubahan-Perubahan
Penduduk
Data
perubahan penduduk sangat penting karena
dapat mempengaruhi kebijakan dalam perencanaan pendidikan. Dalam konteks
perubahan penduduk yang diperlukan
hanyalah yang meliputi pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur
penduduk. Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk adalah kelahiran,
perpindahan (imigrasi atau emigrasi), dan kematian.
G. Macam-Macam
Metode Perencanaan Pendidikan
Berikut
adalah metode yang digunakan dalam perencanaan pendidiakan, yang ditemukan oleh
Fattah (2013:52)
dalam buku menyebutkan ada 8 metode perencanaan pendidikan:
1.
Metode Mean-Ways-End Analysis (Analisis
Mengenai Alat-Cara-tujuan)
Metode
ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Tiga hal yang perlu dianalisis dalam metode ini, yaitu: means yang
berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, ways yang berhubungan dengan
cara dan alternative tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan ends yang
berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga aspek tersebut ditelaah
dan dikaji secara timbal balik.
2.
Metode Input-Output Analysis (Analisis Masukan
Dan Keluaran)
Metode
ini dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan
interdependensi berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu system.
Metode ini dapat digunakan untuk menilai alternative
dalam proses transformasi.
3.
Metode Econometric Analysis (Analisa
Ekonometrik)
Metode
ini menggunakan data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur
perubahan dalam kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan
persamaan-persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara variabel-variabel yang ada dalam
suatu sistem.
4.
Metode Cause-Effect Diagram (Diagram Sebab
Akibat)
Metode
ini digunakan dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk
memperoleh gambaran tentang masa depan. Metode ini sangat cocok untuk
perencanaan yang bersifat strategic.
5.
Metode Delphi
Metode
ini pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan
jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap
rancangan keputusan yang diajukan secara tertulis kepada mereka.
Kegiatan
ini bertujuan untuk melibatkan calon peserta didik atau pakar dalam membuat
keputusan, sehingga keputusan itu lebih berbobot dan menjadi milik bersama.
6.
Metode Heuristic (Prosedur Penelitian Ilmiah)
Metode
ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk mengakomodasi
pandangan-pandangan yang bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini
didasarkan atas seperangkat prinsip dan prosedur yang mensistematiskan
langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.
7.
Metode Life-Cycle Analysis (Analisa Siklus
Kehidupan)
Metode
ini bisa dipergunakan dalam bidang pendidikan terutama dalam mengalokasikan
sumber-sumber pendidikan dengan melihat kecenderungan-kecenderungan dari
berbagai aspek yang dapat dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan program.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah:
a.
Fase Konseptualisas;
b.
Fase Spesifikasi;
c.
Fase Pengembangan Prototype;
d.
Fase Pengujian dan
Evaluasi;
e.
Fase Operasi;
f.
Fase Produksi.
8.
Metode Value Added Analysis (Analisa Nilai
Tambah)
Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan
peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita dapat mendapatkan
gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya.
DAFTAR
RUJUKAN
Fakir, M.G. 1987. Perencanaan Pendidikn: Teori dan Metodologi. Jakarta: Departmen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Pidarta, M. 1990. Perencanaan
Pendidikan Partisipatori: Dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.