A.
Pengertian
Pendidikan
Menurut konsep yang dikemukakan oleh
Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education
bahwa:
Pendidikan adalah kegiatan menerima
dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi
ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam
bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan
dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan,
mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
Dalam pengertian yang
sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun
rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.
B.
Fungsi-fungsi
Pendidikan
Di dalam
masyarakat yang pluralistik akan di jumpai beraneka ragam nilai-nilai dan
pandangan hidup dari berbagai kelompok masyarakatyang memiliki latar belakang
budayaberbeda. Bagi bangsa Indonesia, walaupun terdiri dari berbagai suku
bangsa dengan beraneka ragam latar belakang budaya tetapi telah memiliki satu
pandangan hidup yaitu Pancasila.
Meskipun demikian,
pelaksanaanya sering menghadapi masalah karena kurangnya pemahaman secara
konseptual terhadap nilai-nilai luhur yang dianut masyarakat. Maka dari itu
pendidikan diharapkan untuk tetap melestarikan nilai-nilai yang masih dianggap
sebagai nilai luhur bangsa.
Selain hal itu
pendidikan juga diharapkan sebagai alat atau wahana untuk mempercepat perubahan
sosial karena bagi masyarakat modern pendidikan dianggap sebagai peranan kunci
dari tujuan sosial.
1. Pendidikan
sebagai lembaga konservatif
a. Fungsi sosialisasi
Sekolah mengajarkan kepada anak-anak
gambaran tentang apa yang dicita-citakan oleh lembaga sosialnya. Anak-anak
didorong, dibimbing dan diarahkan untuk mengikuti pola perilaku masyarakat yang semuanya itu merupakan wujud nyata dari
budaya masyarakat yang berlaku.
b. Fungsi kontrol sosial
Di sekolah anak-anak diajarkan
tentang pendidikan moral. Melalui pendidikan moral secara berangsur-angsur akan
mengurangi sifat egois menuju pribadi yang memiliki kesadaran dan tanggung
jawab sosial. Sekolah selalu memonitor perkembangan kepribadian agar terhindar
dari perilaku yang merusak.
c. Pelestarian budaya masyarakat
Untuk melestarikan nilai-nilai budaya
daerah dapat dilakukan dengan penggunaan bahasa daerah, adanya ekstrakurikuler
yang berhubungan dengan kesenian daerah dan pendayagunaan sumber daya lokal
bagi kepentingan sekolah.
d. Latihan dan pengembangan tenaga kerja
Di dalam masyarakat industri
memerlukan tenaga kerja yang terlatih, profesional dan terampil. Untuk memenuhi
tuntutan tersebut sekolah-sekolah akademi dan perguruan tinggi dilengkapi
dengan berbagai pelajaran yang menyediakan berbagai kelengkapan, konsultan,
anggaran serta bantuan keuangan kepada siswa yang cakap.
e. Seleksi dan alokasi
Sistem pendidikan kontemporer di
dalam masyarakat industri wajib belajar pada pendidikan dasar. Beberapa anak
kemudian diijinkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi hanya
mereka yang dapat lulus dari proses seleksi tertentu yang dapat melanjutkan
pendidikan dan unutk memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi perlu harus
memenuhi pembiayaan tertentu.
2. Pendidikan
sebagai lembaga perubahan sosial
a. Reproduksi budaya
Dalam funsinya sebagai upaya
reproduksi budaya, sekolah terutama Perguruan Tinggi diharapkan dapat
menjalankan funsinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Selama masa
proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan digunakan untuk mengajarkan
nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru.
b. Difusi kultural
Penemuan-penemuan dalam bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan yang lahir dari aktivitas penelitian dan
pengembangan agar dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, maka program
penyebarluasan hasil-hasilnya perlu segera dilakukan.
c. Peningkatan kemampuan analisa kritis
Pendidikan berperan menanamkan
keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berfikir manusia.
Pendidikan mampu menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan
berfikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada, dan diganti
dengan sikap tanggap terhadap perubahan.
d. Modifikasi hierarki ekonomi sosial
Upaya pengembangan berfikir kritis
berpengaruh terhadap perjuangan kearah persamaan hak-hak baik politik,sosial
dan ekonomi. Misalnya di dalam masyarakat tradisional lembaga ekonomi didominasi
oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa. Dengan berfikir kritis
maka lahirlah lembaga ekonomi yang berazas keadilan, pemerataan dan persamaan.
Fungsi-fungsi
pendidikan menurut Metta Spencer
1. Memindahkan nilai-nilai budaya
Pendidikan sebagai proses kegiatan
untuk memindahkan pengetahuan, sikap dan kemampuan dari satu generasi ke
generasi yang lebih muda. Siswa akan memperoleh nilai-nilai budaya dari proses
interaksi antara guru dan siswa yang kemidian sebagian besar akan tercermin
dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
2. Nilai-nilai pengajaran
Fungsi mengenai nilai-nilai
pengajaran berhubungan dengan kontrol sosial karena sekolah merupakan tempat di
mana siswa mengalami proses sosialisasi. Sekolah mengajarkan nilai-nilai baru
yang berbeda dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarga.
3. Peningkatan mobilitas sosial
Pendidikan menyediakan kesempatan
yang sama bagi anak untuk memperolaeh pengetahuan dan ketrampilan. Siapa saja
yang berprestasi akan mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan sesuai
dengan bidangnya. Walaupun semula berasal dari golongan menengah kebawah,
mereka akan mendapat pekerjaan yang baik asal mampu memenuhi persyaratan.
4. Fungsi sertifikasi
Lembaga-lembaga pendidikan memberikan
sertifikat bagi siswanya yang telah menyelesaiakan tingkat pendidikan tertentu
dalam bentuk ijazah. Surat keterangan tersebut berguna untuk memperoleh
pekerjaan sesuai bidang yang dikuasainya. Pekerjaan yang lebih baik akan
direbut oleh mereka yang memiliki sertifikat tertentu.
5. Job training
Job training dimaksudkan untuk
memberikan latihan sebelum memangku pekerjaannya yang tetap. Karena di dalam
masyarakat modern jenis pekerjaan begitu kompleks dan rumit sehingga tamatan
pendidikan formal tertentu dikhawatirkan belum dapat langsung paham
terhadap pekerjaan yang harus
dilakukannya.
6. Mengembangkan dan memantapkan
hubungan sosial
Walaupun anak-anak telah memperoleh
pengalaman bergaul dalam lingkungan atau keluarga, tetapi aspek hubungan sosial
banyak terbentuk melalui kelompok sebaya di sekolah. Melalui hubungan antaranak
yang selalu diawasi guru mereka akan berkembang sifat-sifat yang negatif
menjadi sifat-sifat positif.
7. Membentuk semangat kebangsaan
Sekolah mengajarkan sejarah
bangsanya, simbol-simbol kebangsaan, dan mengajarkan penghargaan terhadap para
pahlawan bangsa serta peninggalan-peninggalan sejarah dimaksudkan untuk
menanamkan rasa kebangsaan serta kesediaan membela tanah air terhadap serangan
musuh.
C.
Pengertian
Kebudayaan
Di lihat dari
sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta “buddhayah”.
Yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.Kebudayaan secara
keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan
hidupnya.
Kebudayaan :
Cultuur (Bahasa Belanda), Culture (Bahasa Inggris), berasal dari perkataan
latin “Colere” yang berarti olah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan,
terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti
culture “segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Tylor, menyatakan
bahwa kebudayaan (culture) atau peradaban (civilization) merupakan keseluruhan
komplek meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, aturan, kebiasaan, dan
semua kemampuan-kemampuan (Elmer S. Miller, 1979: 38).
Jadi dapat ditarik
kesimpulan bahwa kebudayaan adalah suatu hasil usaha manusia (pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, aturan, kebiasaan, dan semua kemampuan-kemampuan)
yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
D.
Pengaruh
Pendidikan terhadap Penanaman Nilai-nilai Budaya
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan
adalah kegiatan yang dilakukan oleh
pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan
merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur
yang bertentangan didalamnya.
Dilihat
dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari
sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan
Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali hubungan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam
konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya
serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut.
Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa
terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini
tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat
menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer
nilai –nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses
pendidikan. Dalam
masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan
secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan
pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan
mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan
pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut
pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu
masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat
dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa
pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat
dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari
sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi
individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah
sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam
pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi
individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya,
pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian
meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Wuradji, Dr. M.S. 1988. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Ahmad, Abu, Drs. H. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya
Pendidikan
Dan Perubahan Kebudayaan. 2013. dari