• About
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Contact

College Education

  • Home
  • Info
  • Blogging
  • Downloads
    • Software
    • Games
  • Template Blog
  • Hacking
  • Tech
Home → Semua Post Berkategori College
Showing posts with label College. Show all posts
Showing posts with label College. Show all posts
Metodologi Perencanaan Pendidikan

Metodologi Perencanaan Pendidikan

Unknown
Add Comment
06:00
BAB II
PEMBAHASAN

A.      Pengertian Perencanaan Pendidikan
Cunningham, mengatakan bahwa perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta, imajinasi-imajinasi, dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang untuk tujuan memvisualisasikan dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian.
Pengertian perencanaan menurut Nanang Fattah (2013: 49), Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Perencanaan pendidikan adalah keputusan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu yang ditentukan (sesuai dengan jangka waktu perencanaan) agar penyelengaraan sistem pendidikan lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang lebih bermutu, dan relefan dengan kebutuhan pembangunan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah perumusan ide-ide yang sistematis dalam menerapkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan di masa mendatang di bidang pendidikan agar tujuan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

B.       Metodologi Pendidikan
Metodologi adalah ilmu yang membahas tentang metode-metode yang akan digunakan dalam merencanakan kebijakan di dalam pendidikan. Pada perumusan perencanaan tersebut dibutuhkan beberapa proses. Metodologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “metodos” dan “logos”, kata “metodos” terdiri dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, logos artinya ilmu. Metodologi adalah ilmu-ilmu atau cara yang digunakan untuk memperoleh kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan tata cara tertentu dalam menemukan kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji.
Sedangkan pengertian metodologi perencanaan pendidikan adalah ilmu atau cara yang digunakan untuk menyusun sebuah perencanaan pendidikan dengan cara mengkaji berbagai rumusan yang nantinya akan dipilih salah satu perencanaan yang paling efektif dan efisien.

C.      Data Dasar Perencanaan Pendidikan
Data dasar untuk perencanaan pendidikan mempunyai fungsi sangat penting, sebab tanpa adanya data tidak mungkin akan dapat mengembangkan atau melihat kekurangan yang ada dalam pendidikan yang kemudian disesuai dengan yang diinginkan. Data dasar yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Kependudukan: Data ini diperlukan untuk menentukan cakupan populasi yang perlu memperoleh kesempatan pendidikan dalam kaitanya dengan kebutuhan pada sektor pembangunan. Data ini mencakup tentang struktur penduduk, populasi penduduk, pertumbuhan penduduk, populasi tingkat sekolah, dan lain-lain.
2. Data ekonomi: Data yang diperlukan kaitannya dalam kemampuan ekonomi pemerintah dalam memperluas kesempatan pendidikan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya manusia.
3. Kebijakan nasional yang merupakan keputusan politik: mencakup tujuan nasional dan keputusan legislatif yang harus dijadikan pegangan dalam pembangunan pendidikan.
4. Data kependidikan: mencakup data untuk setiap jenjang pendidikan baik kurikulum, perpindahan, drop out, fasilitas pendidikan, manajemen dan out put pendidikan.
5.  Data ketenaga kerjaan: mencangkup jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam setiap sektor pembangunan, kemampuan pemasaran kerja dalam merespon terhadap lulusan.
6. Nilai sosial dan budaya: Data yang diperlukan sebagai imbangan terhadap data kuantitatif dalam rangka pengembangan berbagai program akademik yang di jiwai nilai kemanusiaan yang luhur.


Pengumpulan data ini dilakukan dengan kontrol yang ketat sehingga data yang diperoleh benar-benar berkualitas. Dengan adanya data ini semua kekurangan dan kebutuhan akan segera diketahui, dengan begitu perencanaan diharapkan sesuai dengan kebutuhan secara riil.

D.      Tahapan dalam Proses Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan yang sistematik squensial, dan karena itu kegiatan dalam proses penyusunan perencanaan memerlukan tahapan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Banghart (1973), mengembangkan tahap perencanaan sebagai berikut:
1.         Proloque : Langkah persiapan untuk memulai suatu kegiatan perencanaan.
2.         Identifikasi maslah perencanaan pendidikan;
a.         Menentukan ruang lingkup permasalahan perencanaan.
b.        Mengkaji apa yang telah dilaksanakan.
c.         Membandikan apa yang telah dicapai dengan perencaan awal.
d.        Mendata sumber daya yang tersedia dengan keterbatasannya.
e.         Mengembangkan bagian prioritas perencanaan.
3.         Mengkaji permasalahan perencanaan yang mencakup tentang sub-sub permasalahan, pengumpulan data dan proyeksi.
4.         Mengkonsep dan mendesain perencanaan yang mencakup:
a.         Mengidentifikasi kecenderungan-kecenderungan yang ada.
b.        Merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus.
c.         Menyusun rencana.
5.         Mengevaluasi rencana yang telah disusun tersebut, hal-hal yang perlu di nilai adalah:
a.         Simulasi rencana.
b.        Evaluasi rencana.
c.         Memilih rencana.
6.         Menguraikan rencana, yang mencangkup merumuskan masalah dan menyusun hasil rumusan dalam bentuk rencana akhir.
7.         Pelaksanaan rencana.
a.         Persiapan rencana operasional.
b.        Persetujuan dan pengesahan rencana.
c.         Mengatur organisasi pelaksanaan.
8.         Plan feedback
a.         Memantau pelaksanaan rencana.
b.        Evaluasi pelaksanaan rencana.
c.         Mengadakan penyesuaian, perubahan sesuai dengan tujuan.
Cheeswas juga mengungkapkan proses dan tahapan perencanaan pendidikan dalam bentuk yang lebih sederhana dan logis, berikut adalah proses dan tahapan menurut Cheeswas:
1.      Mengkaji kebutuhan di berbagai aspek perencanaan pembangunan seperti keberhasilan, kelemahan, kekuatan aspirasi masyarakat, fasilitas, dan lain-lain. Kajian ini penting untuk membandingkan apa yang telah direncanakan dan apa yang telah dilakukan, yang merupakan pangkal tolak kegiatan perencanaan.
2.      Perumusan tujuan dan sasaran perencanaan.
3.      Penentuan dan penggarisan kebijakan yang diprioritaskan dalam perencanaan pendidikan.
4.      Rumusan program dan proyek kegiatan yang merupakan komponen operasional perencanaan pendidikan.
5.      Penjadwalan, yaitu untuk mengatur keseluruhan program dan prioritas agar pelaksanaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
6.      Monitoring dan kontroling kegiatan agar terhindar dari tindakan yang dapat menghambat proses pelaksanaan rencana.
7.      Evaluasi dan revisi merupakan kegiatan penyesuaian terhadap tuntutan baru yang berkembang.

E.       Sistem Pendidikan Sebagai Dasar Penerapan Metodologi Perencanaan Pendidikan.
Sitem pendidikan yang berlaku dan sudah melembaga berperan sebagai aset dalam kegiatan pembangunan pendidikan, melalui system pendidikan perencanaan dilaksanakkan dan di wujudkan. Penerapan metodologi perencanaan pendidikan merujuk kepada sistem dan jia tidak maa pelasanaan akan mengalami kesukaran.
Struktur sistem pendidikan nasional dibagi menjadi 3 jenjang yaitu pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah (SMP dan SMA) dan pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi). Diukur dari segi tahun pada Negara Indonesia menerapkan model 6 tahun untuk pendidikan dasar, 6 tahun untuk pendidikan menengah dan 4 tahun untuk perguruan tinggi. Di negara berkembang pada penerapan model pola pendidikan menggunakan hanya 2 jenjang pendidikan yaitu 12 tahun untuk jenjang pertama (di Indonesia sama seperti jenjang ke 1 dan 2) dan 4 tahun untuk jenjang ke dua (sama seperti jenjang ke 3 dengan Indonesia).
Bila sistem perjenjangan ini dikaitkan dengan struktur kependudukan maka kelompok usia 6-12 tahun untuk pendidikan dasar, 13-18 tahun untuk pendidikan menenggah dan 19-22 untuk pendidikan tinggi. Hal tersebut berkaitan pada setiap negara usia populasi yang memasuki pendidikan bervariasi maupun tetap berkisar pada distribusi tersebut.

F.       Analisis Aspek Kependudukan dalam Perencanaan Pendidikan
Informasi dasar yang dibutuhkan dalam perencanaan pendidikan adalah tentang data kependudukan, karena pada data ini memiliki nilai strategi untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh kesempatan pendidikan dan berapa besaar jumlahnya, penduduk yang bagaimanakah yang membutuhkan dan dimanakah lokasinya. Informasi tersebut diperoleh dari sensus penduduk.
1.      Sruktur Penduduk
Pengelompokan penduduk menurut umur dalam sensus disusun secara interval seperti kelompok usia 0-4, 5-9, 10-14 dst. Stuktur penduduk ini mempunyai kaitan langsung dengan usia populasi sekolah berdasarkan jenjang pendidikan. Usia populasi SD misalnya berada pada interval kelompok umur antara 5-14 tahun.
2.      Stuktur Pendidikan Penduduk
Data tersebut dapat dikaji melalui latar belakang pendidikan formal pada penduduk. Contoh jumlah pendudukan yang telah menyelesaikan pendidikan selama 6 tahun, 12 tahun, dan seterusnya. Data tersebut digunakan untuk mengetahui dengan pasti besar jumlah penduduk yang dijadikan target untu diberi pendidikan baik secara formal maupun non-formal.

3.      Sruktur Pendidikan Angkatan Kerja
Data ini digunakan untuk mengaitkan kebutuhan tenaga pendidik dan keterampilan pada pasaran kerja dengan lulusan pendidikan tertentu, untuk kemudian dapat meningkatkan kualitas angkatan kerja melalui berbagai program pendidikan.
4.      Perubahan-Perubahan Penduduk
Data perubahan penduduk sangat penting karena dapat mempengaruhi kebijakan dalam perencanaan pendidikan. Dalam konteks perubahan penduduk yang diperlukan hanyalah yang meliputi pertumbuhan penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur penduduk. Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk adalah kelahiran, perpindahan (imigrasi atau emigrasi), dan kematian.

G.      Macam-Macam Metode Perencanaan Pendidikan
Berikut adalah metode yang digunakan dalam perencanaan pendidiakan, yang ditemukan oleh Fattah (2013:52) dalam buku menyebutkan ada 8 metode perencanaan pendidikan:
1.         Metode Mean-Ways-End Analysis (Analisis Mengenai Alat-Cara-tujuan)
Metode ini digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Tiga hal yang perlu dianalisis dalam metode ini, yaitu: means yang berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, ways yang berhubungan dengan cara dan alternative tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan ends yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai. Ketiga aspek tersebut ditelaah dan dikaji secara timbal balik.
2.         Metode Input-Output Analysis (Analisis Masukan Dan Keluaran)
Metode ini dilakukan dengan mengadakan pengkajian terhadap interelasi dan interdependensi berbagai komponen masukan dan keluaran dari suatu system. Metode ini dapat digunakan untuk menilai alternative dalam proses transformasi.


3.         Metode Econometric Analysis (Analisa Ekonometrik)
Metode ini menggunakan data empirik, teori ekonomi dan statistika dalam mengukur perubahan dalam kaitan dengan ekonomi. Metode ekonometrik mengembangkan persamaan-persamaan yang menggambarkan hubungan ketergantungan di antara variabel-variabel yang ada dalam suatu sistem.
4.         Metode Cause-Effect Diagram (Diagram Sebab Akibat)
Metode ini digunakan dalam perencanaan dengan menggunakan sikuen hipotetik untuk memperoleh gambaran tentang masa depan. Metode ini sangat cocok untuk perencanaan yang bersifat strategic.
5.         Metode Delphi
Metode ini pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap rancangan keputusan yang diajukan secara tertulis kepada mereka.
Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan calon peserta didik atau pakar dalam membuat keputusan, sehingga keputusan itu lebih berbobot dan menjadi milik bersama.
6.         Metode Heuristic (Prosedur Penelitian Ilmiah)
Metode ini dirancang untuk mengeksplorasi isu-isu dan untuk mengakomodasi pandangan-pandangan yang bertentangan atau ketidakpastian. Metode ini didasarkan atas seperangkat prinsip dan prosedur yang mensistematiskan langkah-langkah dalam usaha pemecahan masalah.
7.         Metode Life-Cycle Analysis (Analisa Siklus Kehidupan)
Metode ini bisa dipergunakan dalam bidang pendidikan terutama dalam mengalokasikan sumber-sumber pendidikan dengan melihat kecenderungan-kecenderungan dari berbagai aspek yang dapat dipertimbangkan untuk merumuskan rencana dan program. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode ini adalah:
a.         Fase Konseptualisas;
b.        Fase Spesifikasi;
c.         Fase Pengembangan Prototype;
d.        Fase Pengujian dan Evaluasi;
e.         Fase Operasi;
f.          Fase Produksi.
8.         Metode Value Added Analysis (Analisa Nilai Tambah)

Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita dapat mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Fakir, M.G. 1987. Perencanaan Pendidikn: Teori dan Metodologi. Jakarta: Departmen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pidarta, M. 1990. Perencanaan Pendidikan Partisipatori: Dengan Pendekatan Sistem. Jakarta: Rineka Cipta.

Yogi, S. 2014. Makalah Model dan Metode Perencanaan Pendidikan, (Online), (http://yogisupra93.blogspot.com/2014/03/makalah-model-dan-metode-perencanaan.html
Read More »
Pendidikan dan Nilai-Nilai Budaya

Pendidikan dan Nilai-Nilai Budaya

Unknown
Add Comment
06:00

A.           Pengertian Pendidikan
Menurut konsep yang dikemukakan oleh Freeman Butt dalam bukunya yang terkenal Cultural History of Western Education bahwa:
Pendidikan adalah kegiatan menerima dan memberikan pengetahuan sehingga kebudayaan dapat diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya.
Menurut Hasan Langgulung dalam bahasanya mengenai pendidikan adalah aktifitas yang dikerjakan oleh pendidikan dan filsafat-filsafat untuk menjelaskan proses pendidikan, menyelaraskan, mengkritik dan merubahnya berdasar masalah-masalah kontradiksi budaya.
Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat.

B.            Fungsi-fungsi Pendidikan
Di dalam masyarakat yang pluralistik akan di jumpai beraneka ragam nilai-nilai dan pandangan hidup dari berbagai kelompok masyarakatyang memiliki latar belakang budayaberbeda. Bagi bangsa Indonesia, walaupun terdiri dari berbagai suku bangsa dengan beraneka ragam latar belakang budaya tetapi telah memiliki satu pandangan hidup yaitu Pancasila.
Meskipun demikian, pelaksanaanya sering menghadapi masalah karena kurangnya pemahaman secara konseptual terhadap nilai-nilai luhur yang dianut masyarakat. Maka dari itu pendidikan diharapkan untuk tetap melestarikan nilai-nilai yang masih dianggap sebagai nilai luhur bangsa.
Selain hal itu pendidikan juga diharapkan sebagai alat atau wahana untuk mempercepat perubahan sosial karena bagi masyarakat modern pendidikan dianggap sebagai peranan kunci dari tujuan sosial.

1.      Pendidikan sebagai lembaga konservatif
a.       Fungsi sosialisasi
Sekolah mengajarkan kepada anak-anak gambaran tentang apa yang dicita-citakan oleh lembaga sosialnya. Anak-anak didorong, dibimbing dan diarahkan untuk mengikuti pola perilaku masyarakat  yang semuanya itu merupakan wujud nyata dari budaya masyarakat yang berlaku.
b.      Fungsi kontrol sosial
Di sekolah anak-anak diajarkan tentang pendidikan moral. Melalui pendidikan moral secara berangsur-angsur akan mengurangi sifat egois menuju pribadi yang memiliki kesadaran dan tanggung jawab sosial. Sekolah selalu memonitor perkembangan kepribadian agar terhindar dari perilaku yang merusak.
c.       Pelestarian budaya masyarakat
Untuk melestarikan nilai-nilai budaya daerah dapat dilakukan dengan penggunaan bahasa daerah, adanya ekstrakurikuler yang berhubungan dengan kesenian daerah dan pendayagunaan sumber daya lokal bagi kepentingan sekolah.
d.      Latihan dan pengembangan tenaga kerja
Di dalam masyarakat industri memerlukan tenaga kerja yang terlatih, profesional dan terampil. Untuk memenuhi tuntutan tersebut sekolah-sekolah akademi dan perguruan tinggi dilengkapi dengan berbagai pelajaran yang menyediakan berbagai kelengkapan, konsultan, anggaran serta bantuan keuangan kepada siswa yang cakap.
e.       Seleksi dan alokasi
Sistem pendidikan kontemporer di dalam masyarakat industri wajib belajar pada pendidikan dasar. Beberapa anak kemudian diijinkan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Tetapi hanya mereka yang dapat lulus dari proses seleksi tertentu yang dapat melanjutkan pendidikan dan unutk memasuki tingkat pendidikan yang lebih tinggi perlu harus memenuhi pembiayaan tertentu.
2.      Pendidikan sebagai lembaga perubahan sosial
a.       Reproduksi budaya
Dalam funsinya sebagai upaya reproduksi budaya, sekolah terutama Perguruan Tinggi diharapkan dapat menjalankan funsinya sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Selama masa proses industrialisasi dan modernisasi pendidikan digunakan untuk mengajarkan nilai-nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru.
b.      Difusi kultural
Penemuan-penemuan dalam bidang teknologi dan ilmu pengetahuan yang lahir dari aktivitas penelitian dan pengembangan agar dapat digunakan oleh seluruh masyarakat, maka program penyebarluasan hasil-hasilnya perlu segera dilakukan.
c.       Peningkatan kemampuan analisa kritis
Pendidikan berperan menanamkan keyakinan-keyakinan dan nilai-nilai baru tentang cara berfikir manusia. Pendidikan mampu menciptakan generasi baru dengan daya kreasi dan kemampuan berfikir kritis, sikap tidak mudah menyerah pada situasi yang ada, dan diganti dengan sikap tanggap terhadap perubahan.
d.      Modifikasi hierarki ekonomi sosial
Upaya pengembangan berfikir kritis berpengaruh terhadap perjuangan kearah persamaan hak-hak baik politik,sosial dan ekonomi. Misalnya di dalam masyarakat tradisional lembaga ekonomi didominasi oleh kaum bangsawan dan golongan elite yang berkuasa. Dengan berfikir kritis maka lahirlah lembaga ekonomi yang berazas keadilan, pemerataan dan persamaan.
Fungsi-fungsi pendidikan menurut Metta Spencer
1.      Memindahkan nilai-nilai budaya
Pendidikan sebagai proses kegiatan untuk memindahkan pengetahuan, sikap dan kemampuan dari satu generasi ke generasi yang lebih muda. Siswa akan memperoleh nilai-nilai budaya dari proses interaksi antara guru dan siswa yang kemidian sebagian besar akan tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari.
2.      Nilai-nilai pengajaran
Fungsi mengenai nilai-nilai pengajaran berhubungan dengan kontrol sosial karena sekolah merupakan tempat di mana siswa mengalami proses sosialisasi. Sekolah mengajarkan nilai-nilai baru yang berbeda dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam keluarga.
3.      Peningkatan mobilitas sosial
Pendidikan menyediakan kesempatan yang sama bagi anak untuk memperolaeh pengetahuan dan ketrampilan. Siapa saja yang berprestasi akan mendapat kesempatan untuk memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Walaupun semula berasal dari golongan menengah kebawah, mereka akan mendapat pekerjaan yang baik asal mampu memenuhi persyaratan.
4.      Fungsi sertifikasi
Lembaga-lembaga pendidikan memberikan sertifikat bagi siswanya yang telah menyelesaiakan tingkat pendidikan tertentu dalam bentuk ijazah. Surat keterangan tersebut berguna untuk memperoleh pekerjaan sesuai bidang yang dikuasainya. Pekerjaan yang lebih baik akan direbut oleh mereka yang memiliki sertifikat tertentu.
5.      Job training
Job training dimaksudkan untuk memberikan latihan sebelum memangku pekerjaannya yang tetap. Karena di dalam masyarakat modern jenis pekerjaan begitu kompleks dan rumit sehingga tamatan pendidikan formal tertentu dikhawatirkan belum dapat langsung paham terhadap  pekerjaan yang harus dilakukannya.
6.      Mengembangkan dan memantapkan hubungan sosial
Walaupun anak-anak telah memperoleh pengalaman bergaul dalam lingkungan atau keluarga, tetapi aspek hubungan sosial banyak terbentuk melalui kelompok sebaya di sekolah. Melalui hubungan antaranak yang selalu diawasi guru mereka akan berkembang sifat-sifat yang negatif menjadi sifat-sifat positif.
7.      Membentuk semangat kebangsaan
Sekolah mengajarkan sejarah bangsanya, simbol-simbol kebangsaan, dan mengajarkan penghargaan terhadap para pahlawan bangsa serta peninggalan-peninggalan sejarah dimaksudkan untuk menanamkan rasa kebangsaan serta kesediaan membela tanah air terhadap serangan musuh.

C.           Pengertian Kebudayaan
Di lihat dari sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta “buddhayah”. Yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.Kebudayaan secara keseluruhan adalah hasil usaha manusia untuk mencukupi semua kebutuhan hidupnya.
Kebudayaan : Cultuur (Bahasa Belanda), Culture (Bahasa Inggris), berasal dari perkataan latin “Colere” yang berarti olah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan, terutama mengolah tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembanglah arti culture “segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Tylor, menyatakan bahwa kebudayaan (culture) atau peradaban (civilization) merupakan keseluruhan komplek meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, aturan, kebiasaan, dan semua kemampuan-kemampuan (Elmer S. Miller, 1979: 38).
Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah suatu hasil usaha manusia (pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, aturan, kebiasaan, dan semua kemampuan-kemampuan) yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

D.           Pengaruh Pendidikan terhadap Penanaman Nilai-nilai Budaya
Menurut DR. Sahiq Sama'an dalam al-Syaibany (1979) pendidikan adalah  kegiatan yang dilakukan oleh pendidik-pendidik dan filosofis untuk menerangkan, menyelaraskan, mengecam dan merubah proses pendidikan dengan persoalan-persoalan kebudayaan dan unsur-unsur yang bertentangan didalamnya.
Dilihat dari sudut pandang individu, pendidikan merupakan usaha untuk menimbang dan menghubungkan potensi individu. Adapun dari sudut pandang kemasyarakatan, pendidikan merupakan usaha pewarisan nilai-nilai budaya dari generasi tua kepada generasi muda, agar nilai-nilai budaya tersebut tetap terpelihara, tulis Hasan Langgulung.
Maka sudah jelas bahwa pendidikan dan kebudayaan sangat erat sekali hubungan karena keduanya berkesinambungan, keduanya saling mendukung satu sama lainnya.
Dalam konteks ini dapat dilihat hubungan antara pendidikan dengan tradisi budaya serta kepribadian suatu masyarakat betapapun sederhananya masyarakat tersebut. Hal ini dapat dilihat bahwa tradisi sebagai muatan budaya senantiasa terlestarikan dalam setiap masyarakat, dari generasi ke generasi. Hubungan ini tentunya hanya akan mungkin terjadi bila para pendukung nilai tersebut dapat menuliskannya kepada generasi mudanya sebagai generasi penerus.
Transfer nilai –nilai budaya dimiliki paling efektif adalah melalui proses pendidikan. Dalam masyarakat modern proses pendidikan tersebut didasarkan pada program pendidikan secara formal. Oleh sebab itu dalam penyelenggarannya dibentuk kelembagaan pendidikan formal.
Seperti dikemukakan Hasan Langgulung bahwa pendidikan mencakup dua kepentingan utama, yaitu pengembangan potensi individu dan pewarisan nilai-nilai budaya. Maka sudah jelas sekali bahwa kedua hal tersebut pendidikan dan kebudayaan berkaitan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat atau bangsa itu masing-masing, kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena saling membutuhkan antara satu sama lainnya.
Dikatakan dengan pendapat Hasan Langgulung bahwa pendidikan dalam hubungan dengan individu dan masyarakat, akan tetapi dapat dilihat bagaimana garis hubung antara pendidikan dan sumber daya manusia. Dari sudut pandangan individu pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan potensi individu, sebaliknya dari sudut pandang kemasyarakatan pendidikan adalah sebagai pewarisan nilai-nilai budaya.
Dalam pandangan ini, pendidikan mengemban dua tugas utama, yaitu peningkatan potensi individu dan pelestarian nilai-nilai budaya. Manusia sebagai mahluk berbudaya, pada hakikatnya adalah pencipta budaya itu sendiri. Budaya itu kemudian meningkatkan sejalan dengan peningkatan potensi manusia pencipta budaya itu.

DAFTAR PUSTAKA

Wuradji, Dr. M.S. 1988. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Hubungan Kebudayaan Dan Pendidikan. 2010. dari http://hadirukiyah.blogspot.com/2010/07/hubungan-kebudayaan-dengan-pendidikan.html
Ahmad, Abu, Drs. H. 2007. Sosiologi Pendidikan. Jakarta. PT. Asdi Mahasatya
Pendidikan Dan Perubahan Kebudayaan. 2013. dari
http://fadillawekay.wordpress.com/2013/04/25/pendidikan-dan-perubahan-kebudayaan/ [diakses pada 09 September 14].
Read More »
Older Posts
Home
Subscribe to: Posts (Atom)

Search here!

Popular Posts

Labels

  • Blogging
  • College
  • Story
Powered by Blogger.

Subscribe

About

Unknown
View my complete profile

Pages

  • Home
  • Blogging
  • College
  • Story

Blog Archive

  • ▼  2016 (8)
    • ▼  April (8)
      • Metodologi Perencanaan Pendidikan
      • Cara Membuat Jadwal Postingan
      • Kisah Nabi Adam
      • Pendidikan dan Nilai-Nilai Budaya
      • Cara Menghapus Postingan Ganda
      • 25 Nabi dan Rasul Allah
      • Membangun Pencitraan Publik
      • Cara Membuat Menu Bar tanpa Script
  • ►  2015 (5)
    • ►  April (5)
Copyright 2015 College Education Template By All Blog Things